Review Album: Swordfishtrombones (1983)

Kenny Gunawan
3 min readApr 3, 2023

Pertemuan dengan Kathleen Brennan mengubah esensi bermusik Tom Waits selamanya. Perkenalan dengan musik eksperimental seperti Captain Beefheart membentuk perspektif Tom terhadap bagaimana sebuah instrumen dapat digunakan.

Tom Waits juga akhirnya berpisah dengan label Elektra-Asylum yang tidak berani untuk mengambil resiko merilis album edgy seperti Swordfishtrombones. Island Records yang kala itu telah menaungi band semacan Roxy Music dan King Crimson pun tidak ingin kehilangan kesempatan.

Di album ini Tom Waits bereksperimen dengan berbagai macam perkusi yang berasal dari kultur musik Afro-Cuban dan Afrika seperti marimba, boobam, conga, dabuki drum, dan talking drum. Alat -alat musik tidak biasa seperti bass drum yang diisi dengan beras, drum brake, glass harmonica, sampai kursi(?) juga dilibatkan dalam terbentuknya ritme untuk album ini. Perkusi-perkusi ini menjadi instrumen essentials dalam karir bermusik Tom kedepannya.

“Underground” yang merupakan trek pertama dari album ini langsung menggertak pendengar dengan suara marimba yang keras dan tajam, memberikan atmosfer steampunk dan kelas pekerja yang erat. Tom menceritakan bahwa ada suatu tempat misterius dibawah tanah yang hidup dan aktif selama kita terlelap.

Pada “Shore Leave”, gaya bernyanyi diubah menjadi spoken words. Bercerita tentang kehidupan seorang tentara yang berada jauh dari sang istri karena menjalankan tugas di kawasan Asia. Trek ini memberi nuansa yang lebih eerie dengan efek suara perkusi dan gitar yang datang beiringan dari kiri dan kanan. Sangat unik!

“Dave the Butcher” memberi impresi sirkus gelap yang diisi oleh badut-badut seram. Sampul album dari Swordfishtrombones menjadi gambaran yang cocok untuk trek instrumental ini.

“Johnsburg, Illinois” didedikasikan untuk istri Tom, Kathleen Brennan yang menghabiskan masa kecilnya di daerah tersebut. Musik balada yang sudah menjadi spesialisasi Tom Waits dibawakan dengan sangat manis. “16 Shells From a Thirty-Ought-Six” merupakan trek paling keras di album ini, menggunakan brake drum dan bell plate sebagai instrumennya.

“Town with No Cheer” dan “In The Neighborhood” mendeskripsikan dua tempat yang tidak sempurna dan penuh kekurangan, namun kontras dari segi musik. “Just Another Sucker on the Vine” memantik rasa nostalgia dari perpaduan harmonium dan trompet.

“Frank’s Wild Years” menjadi sajian humor yang bercerita tentang seorang salesman mebel yang kehilangan akal sehat dan membakar rumahnya sendiri. Irama jazz dari hammond organ dan pembawaan Tom yang sassy membuat trek ini menjadi favorit saya.

“Down, Down, Down” dan “Gin Soaked Boy” memadukan permainan hammond organ ciamik dan riff gitar yang bluesy.

“Swordfishtrombone” dan “Soldier’s Things” menegaskan tema umum dari album ini, yaitu kehidupan tentara. Khususnya “Soldier’s Things” yang menurut saya adalah lagu paling kelam di album ini. Cukup diiringi piano dan bass, Tom mendeskripsikan sebuah yard sale dari perspektif seorang pembeli yang mendapati barang peninggalan veteran hanya dihargai 1 Dollar.

Album ini ditutup dengan “Trouble’s Braids” yang cepat dan intens, serta permainan glass harmonica indah dari “ Rainbirds”.

Swordfishtrombones membentuk karakteristik musik Tom Waits hingga saat ini. Gaya musik yang tidak bisa saya bandingkan dengan siapapun, saking uniknya. Penulisan lirik yang penuh dengan ironi namun tetap romantis, juga sangat peka terhadap kehidupan kelas menengah kebawah. Sesuatu yang sangat jarang ditemui dari musisi modern zaman sekarang.

--

--