Oasis dan Kemarjinalannya

Kenny Gunawan
Komunitas Blogger M
3 min readSep 18, 2020

--

Oasiseu (2002)

Malam itu pukul setengah satu pagi dan saya belum terlelap karena jadwal tidur yang berantakan. Lalu teringat film yang sudah ada cukup lama mendengkam di watchlist IMDb saya, judulnya Oasiseu (oasis dalam bahasa korea).

Saya masukan ke watchlist karena sinopsisnya yang menarik dan ratingnya cukup tinggi yaitu 8.0, setelah saya research ternyata film ini masuk nominasi Golden Lion di Festival Film Venice tahun 2002. Walaupun tidak menang, aktris utamanya Moon So-ri memenangkan Marcello Mastroianni Award yaitu penghargaan aktor pendatang terbaik. Semakin penasaranlah saya dengan film ini.

Film ini bercerita tentang dua insan berusia lanjut yang termarjinalkan dari lingkungan terdekatnya. Jong du (Sol Kyung-gu) yang memiliki gangguan mental dan sifat kekanak-kanakan serta Gong ju (Moon So-ri) yang menderita penyakit Cerebral Palsy membuatnya lumpuh dan tidak dapat berbicara sehingga menjadi beban untuk keluarganya.

Jong du yang baru keluar dari penjara setelah mendapat hukuman 3 tahun akibat tuduhan tabrak lari tidak dapat menemukan rumah keluarganya yang ternyata sudah lama pindah tanpa memberitahunya terlebih dahulu, keluarganya mengacuhkannya sebab Jong du tidak bisa diandalkan sebagai pria dewasa, karakternya yang kekanakan dan sering membuat onar menjadi aib untuk keluarga.

Sedangkan Gong ju yang setiap hari hanya bisa bergantung kepada kakak laki-lakinya juga menjadi parasit bagi keluarganya. Kakak Gong ju dan istrinya pun lepas tanggung jawab, memutuskan pindah dan membiarkan Gong ju tinggal sendirian sambil dirawat oleh para tetangga dengan uang yang dikirim setiap bulan oleh kakaknya.

Jong du menemukan fakta bahwa Gong ju adalah anak dari orang yang menjadi korban kasus tabrak larinya. Merasa bersalah, ia pun mulai mengunjungi Gong ju secara diam-diam di apartemennya.

Walaupun diawal perkenalan mereka terhambat komunikasi dan terjadi banyak penyimpangan dikarenakan Jong du dan Gong ju yang masih kaku dalam menjalani hubungan antar manusia, perlahan-lahan tumbuh benih ketertarikan diantara mereka berdua.

Terasa janggal namun manis ketika pertama kali menonton film ini karena perlu ditekankan bahwa film ini bergenre drama/romance, tetapi adegan flirting atau genit-genitan yang ditampilkan film ini tidak akan ditemukan di film romance pada umumnya.

Banyak sekali adegan “sakit” yang ditampilkan di film ini, salah satu yang paling membekas di ingatan saya adalah kenyataan bahwa apartemen baru yang menjadi tempat tinggal kakak Gong ju dan istrinya adalah apartemen khusus untuk para penghuni berkebutuhan khusus yang memiliki biaya sewa lebih murah.

Pada satu bagian di pertengahan film, Kakak Gong ju dan istrinya membawa Gong ju tinggal bersama mereka hanya untuk satu hari karena mendengar bahwa petugas apartemen akan datang untuk mendata para penghuni cacat yang ada di apartemen tersebut. Setelah para petugas pulang mereka kembali ke tabiat asli yang tak acuh dan membawa pulang Gong ju ke tempat tinggal lamanya.

Sutradara Lee Chang-dong menyoroti sisi gelap perlakuan antar manusia yang sering terjadi di masyarakat namun masih tabu untuk dibicarakan. Pedih melihat bagaimana Jong du dan Gong ju dapat mengisi kebahagiaan satu sama lain dengan cara mereka sendiri ditengah masyarakat yang memandang kelakuan mereka sebagai kegiatan orang sinting.

Seolah-olah terdapat tatanan masyarakat atau unwritten law yang melarang manusia dengan keterbatasan mental dan fisik untuk merasakan cinta dan mendapat hak yang sama dengan manusia normal. Kemunafikan orang-orang disekitar mereka juga tersorot jelas di bagian menuju ending.

Kesalahpahaman yang terjadi di akhir film memperkuat posisi mereka sebagai orang-orang yang “dilarang bahagia” hanya karena keterbatasan kedua tokoh ini untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka berdua.

Film cinta yang tidak romantis menjadi kalimat yang pas untuk menggambarkan film ini, adegan mesra antara Jong du dam Gong ju terkesan tragis dimata tetapi sangat indah dalam fantasi mereka. Kekosongan dan kesepian yang telah hinggap selama bertahun-tahun seolah terbayar disetiap frame yang menampilkan kebersamaan mereka berdua.

--

--